Lagu yang Terlupakan

Seiring dengan perkembangan jaman, perkembangan musik di Indonesia sekarang ini mengalami perkembangan cukup pesat. Berbagai jenis aliran musik baik dari dalam negeri maupun luar negeri membajiri dunia musik tanah air kita. Namun, hampir sebagian besar generasi muda melupakan lagu wajib nasional dan lagu daerah dan tergantikan oleh lagu-lagu baru yang kurang mendidik. Termasuk penulis sendiri apabila akan mengajarkan seni musik sering kali harus membuka buku lagu wajib nasional dan mendownlod lagunya terlebih dahulu.  Namun setelah penulis pelajari, ternyata lagu wajib nasional tersebut memiliki arti tersendiri yang penuh makna dan menggunakan instrument musik yang menyentuh hati. Apalagi sampai bisa mengajarkannya kepada siswa, sungguh muncul perasaan bangga sekaligus terharu terhadap bangsa kita ini.

Contohnya sebuah lagu yang mungkin telah terlupakan di benak kita yaitu “Rayuan Pulau Kelapa” diciptakan oleh Ismail Marzuki dengan lirik sebagai berikut :

“Rayuan Pulau Kelapa”

Tanah airku Indonesia

Negeri sangat amat ku cinta

Tanah tumpahdarahku yang mulia

Yang kupuja sepanjang masa

Tanah airku aman dan makmur

Pulau kelapa nan amat subur

Pulau melati pujaan hati

Sejak dulu kala

Melambai lambai, nyiur di pantai

Berbisik bisik, raja klana

Memuja pulau, yang indah permai

Tanah airku, Indonesia

Lagu rayuan pulau kelapa kurang lebih menceritakan eloknya negeri kita. Negeri yang rakyatnya yang makmur, memiliki tanah yang subur, dan panorama di pesisir pantai yang mempesona dengan nyiur yang melambai-lambai tertiup angin.

Suatu saat penulis pernah mendengarkan seorang siswa kelas 3 SD yang mendendangkan lagu dari Seven Icon yang berjudul playboy. Anak tersebut dengan polosnya menyanyikan lagu tersebut sampai akhir dengan gaya yang menyerupai gaya para girlband tersebut. Dalam hati saya miris terhadap bangsa ini. Sadarkah di hati para pencipta lagu dan penyanyi tersebut bahwa mereka telah ditonton oleh jutaan pemirsa di seluruh nusantara?. Parahnya lagi, ada sebuah stasiun televisi yang membuat sebuah acara dengan tujuan mewadahi para pemuda dan pemudi untuk menjadi boyband/girlband.

Terlalu rumit untuk bisa memvonis siapa yang salah dalam kasus tersebut. Apakah dari generasi mudanya sendiri? dari para entertain? produksi music? Atau dari media yang menayangkan tontonan tersebut. Namun yang harus kita pikirkan adalah bagaimana caranya agar kita sebagai generasi muda tidak terpengaruh dengan kondisi yang kian hari kian terpuruk ini.

Harus kita akui, hal yang paling mudah di dunia ini adalah mengkritik dan mengeluh. Namun kritikan dan keluhan tanpa usaha untuk memperbaiki keadaan bagaikan kopi tanpa gula. Hanya hitam yang terlihat, pahit yang terasa, dan akhirnya diabaikan. Jadi tidak ada salahnya jika kita sebagai generasi penerus bangsa apalagi seorang pendidik mau mempelajari dan mengajarkan lagu-lagu daerah dan nasional yang seharusnya memang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.

Ingin rasanya suatu hari nanti saat sudah beranjak tua kita bisa melihat di layar kaca para penyanyi menyanyikan lagu daerah dan lagu wajib nasional. Para pencipta lagu membuat lagu tentang sikap optimis, sifat kepahlawan, dan pantang menyerah yang kurang terlihat pada para generasi muda saat ini. Namun, bukan tidak mungkin hal tersebut menjadi kenyataan jika mulai detik ini, kita membuka kembali buku usang tentang lagu daerah dan lagu wajib nasional, mempelajarinya dan mengajarkannya pada adik kita, saudara kita, anak-anak kita generasi penerus bangsa.

4 thoughts on “Lagu yang Terlupakan

    • betul kang. Kadang miris juga nek ndelengna boys/girl bandnya indonesia, seakan tiru-tiru dengan luar negeri. Padahal nang dalam negeri akeh banget tarian-tarian sing melewih menarik, lewih mengindahkan unsur kesopanan seni dan budaya kita.

  1. Kalau ngomongin musik gak bakal ketemu ujung benangnya gan, pernah suatu ketika, sebuah komunitas pecah jadi dua gara-gara ‘pentolan’nya beda jalur dan pengetahuan tentang ‘pengertian’ permusikan.
    Bicara soal lagu kebangsaan, lagu semangat, dan sejenisnya, harus dimulai dari diri sendiri, komunitas di sekitar kita, dan nanti ‘spread’ ke semua penjuru.

    sampai saat ini, lagu opening Ksatria Baja Hitam masih terasa lebih ‘menggugah’ di telinga saya daripada lagu jaman sekarang. CMIIW.

    • Benar juga gan, kayak musisi besar sekelas ahmad dani pun sekarang sepertinya sudah berganti haluan. Lagu-lagu yang dibuat dulu temanya lebih berbobot dari pada lagu-lagu yang dibuat sekarang. Tidak bisa dipungkiri para musisi lebih mementingkan uang dari pada tetap pada pendiriannya. Mungkin karena alasan itu Dewa 19 kini seakan hilang dari peredaran dan digantikan oleh band-band RCM lain.

      Yup, media juga berperan penting tentang penyiaran lagu-lagu daerah dan lagu kebangsaan lho. Seperti anak kelas 3 yang saya ceritakan di atas.

      Nek aku lagune The Pinky and The brain,.., hahahaha

Tinggalkan komentar